Minggu, 28 Februari 2016

Kata pengantar

Selamat Datang di Blog saya
Ferdinandsyah Athaya
SMPN 45 Bandung
IX C
Hasil gambar untuk logo smpn 45 bandung

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kuliner Tradisional

MASAKAN TRADISIONAL

1. PALEMBANG

Pempek

Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).


2. GARUT

Dodol
Dodol Garut merupakan salah satu komoditas yang telah mampu mengangkat citra Kabupaten Garut sebagai penghasil Dodol yang berkualitas tinggi dan beraneka ragam jenis Dodol yang diproduksi. Dodol Garut ini dikenal luas karena rasanya yang khas dan kelenturan yang berbeda dari produk yang sejenis dari daerah lain.

Industri ini berkembang sejak tahun 1926, oleh seorang pengusaha yang bernama Ibu Karsinah dengan proses pembuatan yang sangat sederhana dan terus berkembang hingga saat ini, hal ini disebabkan karena :
  1. Memiliki cita rasa yang berbeda dan mampu bersaing dengan jenis dodol yang berasal dari daerah lain;
  2. Harganya terjangkau dan merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat;
  3. Proses pembuatannya sangat sederhana dan bahan bakunya mudah diperoleh;
  4. Tidak menggunakan bahan pengawet dan tambahan bahan makanan yang bersifat sintetis;
  5. Memiliki daya tahan cukup lama ( 3 bulan).

Komoditi ini mudah dikembangkan dengan memodifikasi bahan baku utamanya yaitu dengan memanfaatkan bahan lain buah waluh, kentang, kacang, pepaya, nenas, sirsak dan lain-lain. Dekranasda juga membantu pemasaran melalui pameran-pameran, perbaikan kualitas produk maupun perbaikan desain kemasan melalui pelatihan-pelatihan.

3. MAKASSAR

Coto Makassar
Coto Makassar atau Coto Mangkasara adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dimakan dengan ketupat dan "burasa". Saat ini Coto Mangkasara sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan hingga restoran. Dan direncanakan mulai bulan November 2008 Coto Makassar akan menjadi salah satu menu pada penerbangan domestik Garuda Indonesia dari dan ke Makassar. Makanan ini mirip dengan sop sodara.

Musik Tradisional

1. Alat musik tradisional: Serune Kalee
Serune kalee berasal dari daerah Aceh yang mempunyai jenis bunyi Aerofon, alat digunakan dengan cara ditiup dan pada lubang yang terdapat pada serune kalee berfungsi untuk mengatur nada dengan menggunakan jari-jari kita.
alat musik serune
2. Alat Musik tradisional Indonesia: Aramba
Alat musik Aramba ini berasal dari daerah Sumater Utara yang memiliki jenis bunyi yakni Ideofon, untuk penggunaannya yaitu dengan cara dipukul dengan memakai pemukul yang khusus.
alat musik aramba
3. Alat musik tradisional Indonesia: Saluang
Alat musik saluang ini berasal dari daerah sumater barat dengan mempunyai jenis bunyai yakni Aerofon, adapun cara penggunaannya dengan ditiup dan pada lubang yang ada di alat muski diperuntukkan sebagai pengatur nada dimana jari-jari tangan sebagai penutup lubangnya.
alat musik saluang
4. Alat musik tradisional Indonesia: Gambus
Alat musik yang bernama Gambus ini berasal dari didaerah Riau yang mempunyai jenis bunyi Kordofun yang difungsikan dengan cara dipetik menggunakan jari dan memainkan nada dengan jari.
alat musik gambus
5. Alat musik tradisional indonesia: Gambus Jambi
Alat musik Gambus ini juga termasuk berasal dari daerah Jambi yang mempunyai jenis bunyi Kordofon dengan cara penggunaan lewat dipetik di bagian senarnya.
alat musik gambus jambi
6. Alat musik tradisional indonesia: Accordion
Alat musik Accordion ini berasal pada daerah Sumatera Selatan yang memiliki jenis bunyi Aerofon, adapun cara penggunaannya dengan memakai kedua tangan kita, pada tangan yang satu difungsikan sebagai pengatur alunan suara, sedangkan pada tangan yang kedua digunakan untuk mengatur nada.
alat musik accordion
7. Alat Musik Tradisional Indonesia: Doll
Alat musik Doll ini berasal dari daerah Bengkulu yang memiliki jenis suara berupa Membranofon yang digunakan dengan cara dipukul memakai alat pemukul.
alat musik doll
8. Alat Musik tradisional indonesia: Bende
Alat Musik Bende ini berasal pada daerah Lampung yang memiliki jenis suara yakni Ideofon yang difungsi menggunakan alat pemukul khusus untuk memukul alat.
alat musik bende
9. Alat Musik tradisional indonesia: Gendang Melayu
Gendang melayu ini termasuk alat musik yang berasal dari daerah Kepulauan bangka belitung yang mempunyai jenis bunyi Membranofon, adapun cara pemakaian yakni dengan menepuk area lunak dengan menggunakan telapak tangan kita.
alat musik gendang melayu
10. Alat musik tradisional indonesia: Gendang Panjang
Gendang panjang ini adalah alat musik daerah yang berasal dari Kepulauan Riau yang memiliki jenis bunyi berupa Membranofon yang digunakan dengan cara menepuk dengan tangan pada bagian yang lunak gendang.
alat musik gendang gendang panjagn
11. Alat Musik Tehyan
Tehyan berasal dari daerah Ibukota Jakarta yang memiliki jenis suara Kordofon yang digunakan dengan cara digesek menggunakan alat khusus di bagian dawai atau senarnya sama dengan memainkan biola.
alat musik gendang tehyan
12. Alat musik tradisional Indonesia: Angklung
ANgklung termasuk alat musik yang memiliki jenis suara Ideofon yang berasal dari daerah Jawa barat dengan cara pemakaian yakni dengan menggetarkan menggunakan tangan kita.
alat musik gendang angklung
13. Alat Musik tradisional Indonesia: Gamelan
Gamelan adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah jawa tengah yang memiliki jenis bunyi berupa Ideofon yang digunakan dengan cara dipukul-pukul dengan alat pemukul khusus.
alat musik gamelan
14. Alat musik tradisional indonesia: Gendang
Gendang termasuk alat musik yang berasal dari daerah Yogyakarta yang memiliki jenis bunyi yaitu Ideofon, adapun penggunaannya yakni dengan cara ditepuk memakai telapak tangan pada bagian lunak gendang.
alat musik gendang jogja
15. Alat musik tradisional indonesia: Bonang
Bonang termasuk alat musik yang berasal dari jawa timur dengan jenis suara yakni Ideofon yang dipukul dengan pemukul khusus.
alat musik bonang
16. Alat Musik Gendang
Gendang ini berasal dari daerah banten yang memiliki khas bunyi berupa membranofon yang digunakan dengan cara menepuknya memakai telapak tangan.
alat musik gendang banten
17. Alat Musik gengceng
Gengceng ini adalah alat musik yang unik berasal pada daerah Bali dengan memiliki khas bunyi yakni Ideofon yang diletakkan pada kedua telapak tangan lalu ditepuk sehingga bisa saling berbenturan dan dapat mengeluarkan suara.
alat musik gengeng
18. Alat Musik Tradisional Indonesia: Serunai
Serunai termasuk alat musik yang unik dimana berasal dari Nusa Tenggara Barat yang berjenis suara Aerofon dengan cara ditiup lalu nadanya dimainkan dengan menggunakan jari-jari tangan untuk menutup lubang-lubang pada Serunai.
alat musik serunai
19. Alat musik tradisional Indonesia: Sasando
Alat musik daerah sasando ini berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur yang berbunyi chordofon yang dipetik dengan hanya menggunakan jari-jari di senarnya.
alat musik sasando
20. Alat Musik Tradisional Indonesia: Tuma
Tuma adalah alat musik yang berasal pada daerah Kalimantan Barat yang berkhas bunyi membranofon dengan cara ditepuk menggunakan telapak tangan kita.
alat musik tuma
21, Alat musik tradisional Indonesia: Sampe
Sampe ini termasuk alat musik yang unik dan berasal dari daerah Kalimantan timur yang memiliki jenis bunyi yakni Kordofon dengan cara dipetik dibagian senarnya.
alat musik sampe
22. Alat Musik Tradisional Indonesia: Japen
Japen ini adalah alat musik yang digemari oleh masrayakat yang ada didaerah Kalimantan tengah dengan cara dipetik dibagian senarnya dan akan menghasilkan jenis bunyi Kordofon.
alat musik japen
23. Alat Musik Tradisional Indonesia: Panting
Panting ini termasuk alat musik yang sangat digemari oleh masyarakat yang ada di kalimantan selatan dengan jenis suara yang dimiliki yakni kordofon dengan cara dipetik dibagian senarnya.
alat musik panting
24. Alat Musik Tradisional Indonesial: Kolintang
Kolintang ini adalah alat musik yang begitu digemari oleh orang-orang yang ada di Sulawesi utara, adapun penggunaannya dengan cara dipukul dengan pemukul yang khusus dan akan mengeluarkan jenis suara Ideofon.
alat musik kolintang
25. Alat Musik Tradisional Indonesia: Ganda
Ganda termasuk alat musik yang berasal pada daerah Sulawesi tengah yang memiliki jenis suara Membranofon, adapun cara pemakaiannya dengan menepuk menggunaan telapak tangan pada bagian yang lunak.
alat musik ganda
26. Alat Musik Tradisional Indonesia: Keso
Keso merupakan alat musik yang berasal di Sulawesi Selatan yang mempunyai jenis suara Chordofon yang digesek di bagian senar menggunakan alat yang khusus.
alat musik keso
27. Alat musik ladolado
ladolado termasuk alat musik yang ada di daerah sulawesi tenggara dengan memiliki jenis bunyi Ideopon yang dipakai dengan cara dipukul memakai pemukul yang khusus.
alat musik ladolado
28. Alat Musik Ganda
Alat musik ganda ini juga berasal dari Gorontalo yang memiliki jenis suara yang membranofon dengan cara ditepuk memakai telapak tangan pada bagian yang lunak pada Ganda.
alat musik ganda
29. Alat musik tradisional indonesia: Kecapi
Kecapi termasuk alat musik yang berada di sulawesi barat yang mempunyai jenis suara yang khas yakni Kordofon dimana pemakaiannya dengan cara dipetik di bagian senarnya.
alat musik kecapi
30. Alat musik tradisional Indonesia: Nafiri
Nafiri merupakan salah satu alat musik yang berasal dari daerah Maluku yang mengeluarkan suara jenis membranofon dengan cara ditepuk menggunakan telapak tangan.
alat musik nafiri
31. Alat musik tradisional indonesia : FU
FU merupakan alat musik yang banyak ditemukan di maluku utara dengan mengeluarkan suara yang berjenis Aerofon, adapun penggunaannya yakni dengan cara meniup serta mengendalikan lewat telapak tangan yang menjadi pengatur suara.
alat musik fu
32. Alat mUsik tradisional indonesia: Guoto
Guoto termasuk alat musik yang terkenal di Papua Barat yang mengeluarkan jenis suara berupa Kordofon dengan cara memetik di bagian senarnya.
33. Alat Musik Tradisional Indonesia: Tifa
Tifa ini termasuk alat musik yang mengeluarkan jenis suara membranofon dimana banyak ditemukan didaerah Papua, adapun untuk penggunaannya dilakukand dengan cara memukul lewa telapak tangan.
alat musik Tifa

Tarian Adat

PROVINSI BALI

1. Tari Baris Tunggal
Tari Baris merupakan salah satu tarian sakral yang digunakan oleh umat Hindu di Bali sebagai pelengkap di suatu upacara keagamaan agama Hindu di Bali. Sifat sakral dalam tari Baris ialah, bahwa tari ini merupakan sebuah tarian untuk membuktikan kedewasaan seseorang dalam segi jasmani. Kedewasaan seseorang pria dibuktikan dengan mempertunjukkan kemahiran dalam olah keprajuritan yang biasanya disertai dengan kemahiran dalam memainkan senjata perang. Maka dari itu, tari Baris selain merupakan tarian sakral juga merupakan tari kepahlawanan. Adapun ciri khas dari tari Baris ialah, pertama tari ini lebih menonjolkan ketegapan dan kemantapan dalam langkah – langkah kaki serta kemahiran memainkan senjata perang. Kedua, pakaiannya juga mempunyai corak yang khas, yaitu penutup kepalanya bebebtuk kerucut, dan penutup badannya terdiri dari baju panjang serta hiasan kain – kain kecil panjang yaitu awir dan lelamakan.
      Tari Baris terbagi menjadi 2 bagian, salah satunya adalah tari Baris Tunggal. Tari baris tunggal merupakan tarian sakral yang digunakan pada saat Upacara Pitra Yadnya yaitu Karya mamukur, dimana disini tari baris tunggal berfungsi sebagai sarana penghatur punia atau persembahan bagi para leluhur yang dihantarkan dengan mantra-mantra suci Sulinggih dan alunan gamelan pengiring tari baris tunggal itu sendiri. Tari baris tunggal merupakan tarian lepas yang dibawakan oleh seorang laki-laki, dimana menggambarkan seorang prajurit gagah perkasa yang memiliki kematangan jiwa dan kepercayaan dimana itu diperlihatkan dengan gerakan tari yang dinamis dan lugas. Berbeda dengan tari Baris Tunggal sakral, tari Baris Tunggal Profan juga biasanya ditampilkan sebagai tari lepas dalam beragam pagelaran seni pertunjukan balih-balihan



2. Tari Barong 
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
      Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
    Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong. Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
     Tari Barong memiliki keistimewaan yang terletak pada unsur-unsur komedi dan unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan. Unsur-unsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya, tokoh kera yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau menggigit telinga lawan mainnya untuk mengundang tawa penonton. Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga nampak dalam pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya diperoleh dari kayu di tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya kuburan. Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu, Tari Barong juga seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di mana para penarinya menusukkan keris ke tubuh masing-masing layaknya pertunjukan debus.
     Tari Barong dapat disaksikan di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar, Bali, di antaranya di Pura Dalem Ubud yang biasanya mulai dipentaskan pada jam 19.30 WITA, serta di beberapa sanggar seni di Desa Batubulan yang dipentaskan pada jam 09.30 WITA. Untuk menonton seni pertunjukan ini, wisatawan dapat menuju Desa Batubulan melalui Kota Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar, Batubulan berjarak sekitar 10 km atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (taksi/mobil carteran). Sementara, jika wisatawan memulai perjalanan dari Pantai Kuta atau kawasan Nusa Dua, dibutuhkan waktu + 45 menit.
     Untuk menyaksikan pertunjukan Tari Barong, wisatawan domestik maupun mancanegara dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 per orang. Dengan membayar tiket sejumlah itu, wisatawan juga akan memperoleh panduan cerita pementasan dalam bentuk cetak dengan berbagai pilihan bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Italia, Jepang, dan Mandarin. Selain menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan juga dapat menyewa jasa travel untuk menonton tarian ini. Penyedia jasa travel umumnya telah memiliki jadwal tetap pertunjukan Tari Barong di Desa Batubulan. Namun, apabila ingin lebih leluasa dengan agenda wisata yang diinginkan, wisatawan dapat menyewa mobil carteran dengan biaya sewa yang dihitung per hari. Kecuali menyaksikan pertunjukan tari, salah satu agenda wisata yang bisa dilakukan di desa ini adalah berbelanja aneka cenderamata yang dijual oleh toko-toko suvenir maupun galeri seni yang ada di sepanjang jalan di Desa Batubulan. Benda-benda seni seperti patung maupun ukiran merupakan cenderamata khas dari desa ini. Apabila memerlukan akomodasi dan fasilitas seperti penginapan (losmen, hotel melati, maupun hotel berbintang), warung makan, serta tempat hiburan malam, maka wisatawan dapat menemukannya di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar.

3. Tari Belibis
Tari ini diilhami oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang Raja. Pernah nonton Angling Dharma tidak dulu waktu masih disiarkan di salah satu tv swasta? Sudah lupa ya? Hehe. Jadi, karena suatu hal ia harus meninggalkan kerajaannya dan merantau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam pengembaraannya, Angling Dharma bertemu dengan seorang putri raksasa pemakan manusia. Raksasa merasa khawatir rahasianya diketahui oleh Angling Dharma, dikutuklah Angling Dharma menjadi seekor burung Belibis yang hidup di air. Tarian ditarikan oleh perempuan secara berkelompok (biasanya).





4. Tari Cendrawasih
Tari ini mungkin bisa dibilang satu tipe dengan tari Manukrawa, tapi bedanya ini ditarikan oleh perempuan yang sudah remaja atau dewasa. Tarian ini menggambarkan sekelompok burung Cendrawasih yang bertebrangan menikmati alam bebas, riang gembira, bercanda, sambil memadu kasih. Tarian ini ditampilkan secara berkelompok atau paling tidak dua orang. Indah banget kalau lihat tarian ini. :)
     Kisah yang digambarkan di dalam tarian ini adalah menggambarkan kelembutan serta kemesraan dari sepasang burung cendrawasih di pegunungan Irian Jaya pada masa birahi saat menghiasi alam sekelilingnya dengan tarian cinta mereka yang tersusun atas warna-warni pelangi terpendar dalam rangkuman gerak mereka yang indah bagaikan penggalan puisi para pujangga. Tari duet yang ditarikan oleh penari putri, kendatipun dasar pijakannya adalah gerak tari tradisi Bali, beberapa pose dan gerakannya dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan interpretasi penata dalam menemukan bentuk - bentuk baru sesuai dengan tema tarian ini. Busana ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat dan memperjelas desain gerak yang diciptakan.
      Tarian ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busana dari pada tarian ini) dalam rangka mengikuti Festival Yayasan Walter Spies. penata tabuh pengiring adalah I Wayan Beratha dan I Nyoman Widha pada tahun 1988.



5. Tari Ciwa Nataraja 
Ciwa Nataraja adalah manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi alias Dewanya penari. Gerakan Siwa merupakan pancaran tenaga prima yang kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Begitu menerut kepercayaan orang Bali.


6. Tari Condong
Tarian ini bisa dibilang tarian yang cukup sulit dan durasinya juga cukup lama. Sekitar 11 menit, atau lebih ya.. saya agak lupa persisnya. Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat kompleks yang menggambarkan seorang abdi Raja. Tari Condong adalah sebagai pelestarian budaya Bali dalam upaya mengajegkan Bali. Awalnya tarian ini menampilkan dua penari yang menyimbolkan dua bidadari dari sorga yaitu bidadari Supraba dan Wilotama. Namun, dalam perkembangannya sekitar tahun 1930-an, muncul ide seniman untuk melengkapinya tarian ini. Tarian ini menjadi lebih hidup dengan mengisahkan suasana kerajaan yakni menampilkan tingkah polah sang raja dan sang abdi. Walaupun tarian ini merupakan tarian dasar yang harus dikuasai oleh penari, hingga saat ini tak ada yang tahu siapa pencipta tarian klasik ini.

7. Tari Gabor
Tari ini merupakan tarian wanita yang mirip dengan tari Pendet. Bahkan sebenarnya tari ini hanya merupakan variasi lain dari tari Pendet, namun pembendaharaan geraknya lebih banyak, diambil dari gerak-gerak tari upacara seperti Rejang. Tari Gabor biasanya ditarikan oleh dua orang penari wanita atau lebih. Tari ini diciptakan oleh I Gusti Raka (dari Saba) seorang dosen ASTI Denpasar pada tahun 1969. Tarian yang sejenis kemudian diubah oleh I Wayan Beratha guru SMKI Denpasar pada tahun 1970. Pada tahun 1972 I Wayan Beratha menciptakan tarian yang sejenis yang dinamakan tari Panyembrama

8. Tari Gopala
Kata Gopala ini berasal dari bahasa Kawi, yang artinya penggembala. Tari ini menggambarkan tingkah laku sekelompok penggembala Sapi di suatu ladang penggembalaan. Ditarikan oleh laki-laki juga (biasanya yang saya tahu laki-laki ya).
      Tari Gopala merupakan tarian yang bertemakan kerakyatan yang ditarikan sekelompok anak-anak atau remaja Putra, dimana tarian ini digarap oleh I Nyoman Suarsa sebagai penata tari dan I Ketut Gede Asnawa,MA sebagai penata tabuh, diambil dari penggalan cerita pragmentari : “STRI ASADHU” Karya Ibu Ketut Arini,S.St. Tarian ini diciptakan pada tahun 1983. Gopala adalah sebuah istilah dalam bahasa Kawi yang berarti penggembala sapi. Tarian ini merupakan tari kelompok, dan biasanya ditarikan oleh 4 sampai 8 orang penari putra. Dalam tarian Gopala ini menceritakan aktivitas yang dilakukan oleh para pengembala di ladang pertanian/sawah. Semua aktivitas tadi dituangkan kedalam bentuk garapan tari misalnya: gerakan binatang sapi, memotong rumput, menghalau burung, membajak sawah, menuai padi dan gerak lain-lainnya yang berhubungan dengan aktivitas petani. Gerak tersebut di atas di olah menjadi pola garap yang berbau baru dengan nuansa estetika kekinian. Gerakan tari ini menjadi hidup apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan semangat.

9. Tari Jauk
Tari Jauk apabila ditinjau dari segi teknik gerak tarinya mirip sekali dengan tari Baris. Tetapi dalam tari Jauk ini penarinya menggunakan topeng Jauk dan gerakan tarinya bersifat improvisasi. Topeng Jauk selalu berwarna menyala atau putih serta dengan mata melotot yang penuh pandangan yang tajam sekali. Selain itu penari Jauk mengenakan sarung tangan yang berkuku panjang. Apabila tari Jauk dipertunjukkan dalam bentuk drama tari, yang cocok sekali ditarikan dengan tari Jauk ialah peranan Rahwana dan Bima. Usia tari Jauk kemungkinan besar sama dengan drama tari topeng yang lahir pada abad ke-XVII.




10. Tari Kecak
Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack, dan Ketiak), adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
      Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

11. Tari Legong Lasem (Kraton)
Tari ini sudah cukup banyak yang mulai mengenal ya. Kalau yang suka naik travel Cipaganti (Jakarta-Bandung), pasti sering melihat di mobilnya ada gambar penari Bali dengan kostum tari Legong Lasem (Kraton). Hehe. Tarian ini berkisah tentang keinginan Raja Lasem untuk meminang Rangkesari, putri kerajaan Daha (Kediri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Mengetahui adiknya di culik, Raja Kediri menyatakan perangdan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, adipati lasem harus menghadapi serangan burung garuda, namun Ia berhasil melarikan diri tetapi kemudian tewas dalam pertempuran melawan Raja Daha. Seru ya. :). Tari ini adalah tari klasiknya Bali.
    Legong merupakan kelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari tari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan. Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap. Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas. Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
      Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.

12. Tari Pendet
Tarian ini sudah pasti tidak asing lagi ya di telinga Tari ini biasanya (dan memang selalu) diajarkan paling pertama kali jika kita ingin belajar tari Bali, karena tari Pendet ini semacam basic untuk bisa menari tarian yang lainnya. dalam tarian ini, kalian akan mempelajari gerakan-gerakan dasar tari Bali. Tari Pendet ini ditarikan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para tamu dan undangan dengan menaburkan bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan senyuman manis. Namanya juga menyambut.
     Pada awalnya, tarian ini ditujukan untuk ibadah di pura, yang melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke dunia. Tari Pendet diciptakan oleh dua orang maestro tari Bali yaitu I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng pada tahun 1950. Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Menurut tradisi Bali, para penari Pendet haruslah gadis yang belum menikah, karena dalam tarian tersebut mereka membawa saji-sajian suci untuk para dewa. Namun lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah tari Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern pada tari ini adalah I Wayan Rindi pada tahun 1967.
     Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik. Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya. Adapun orkes gamelan yang mengiringi tari Pendet ini ialah gamelan gong, atau gamelan palegongan, atau gamelan semar pagulingan. Tari Pendet merupakan tarian masal yang bisa dibawakan oleh empat penari, enam penari, delapan atau lebih.

13. Tari Tenun
Tenun, tahukah anda? tarian ini menggambarkan putri-puri Bali yang sedang menenun secara tradisional. Gerakan-gerakannya memvisualisasikan proses memintal benang hingga menjadi kain. Seru kan? Gerakannya disini cukup detil. Kalau tarian ini, terlihat sekali bagaimana lentiknya jari-jari si penari Bali. Secara, gerakan-gerakan untuk memvisualisasikan menenun ini lebih bermain pada jari.
      Tari Tenun merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh dua orang seniman tari yaitu, Nyoman Ridet dan Wayan Likes pada tahun 1957. Cerita yang diangkat dalam tari Tenun ini menggambarkan tentang penenun-penenun wanita dari desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana sekali. Tari ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun dan diakhiri dengan menenun. Sebagian gerak-gerak dalam tari ini masih mengacu pada unsur-unsur tarian klasik, namun sebagian lagi telah ditambahkan dengan gerak-gerak imitatif. Gerak-gerak imitatif tersebut terlihat pada saat penenun mengerjakan pekerjaannya, misalnya sedang memintal benang dan menenun.